Senin, 28 November 2011

Contoh Proposal Skripsi

PROPOSAL SKRIPSI




logo UNNES.jpg






TRADISI RITUAL “ BEGALAN “ BANYUMASAN
SEBUAH FOKLOR DI KABUPATEN BANYUMAS


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Universitas Negeri Semarang


Oleh :
Eko Nugroho
3401409068



JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010
<span class="fullpost">


    </span>


HALAMAN PENGESAHAN
            Proposal Skripsi yang berjudul Tradisi Ritual “Begalan” Banyumasan
Sebuah foklor di Kabupaten Banyumas, telah disahkan dan disetujui pada :
Hari     :
Tanggal            :



                                                                        Semarang, Desember 2010
                                                                                    Yang mengajukan

                       
                                                                                    Eko nugroho
                                                                                    NIM.3401409068
Mengetahui
Pembimbing I                                                              Pembimbing II



Drs. Adang Syamsudin S, M.S.i.                                              Nugroho Trisnu B, S.Ant, M.Hum
NIP. 131404312                                                                      NIP. 132309620

                                                Mengetahui
                        Ketua jurusan Sosiologi Antropologi



                                    Drs. MS Mustofa, MA
                                    NIP. 131764041



DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI  SEMARANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
           
PROPOSAL SKRIPSI
                                    NAMA             : EKO NUGROHO
                                    NIM                 : 3401409068
PRODI             : PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN     ANTROPOLOGI
                                    JURUSAN       : SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

I.                    JUDUL SKRIPSI
TRADISI “ BEGALAN “ BANYUMASAN SEBUAH FOKLOR DI KABUPATEN BANYUMAS
II.                 LATAR BELAKANG  MASALAH
Masyarakat Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak jenis masyarakat yang memiliki keragaman dalam segala bentuk hal kebudayaan daerah. Nilai-nilai luhur seringkali dijadikan sebuah pedoman atau pandangan hidup untuk dapat selalu dilestarikan dengan cara diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Salah satu dari sekian banyaknya hasil kebudayaan yang ada di daerah saya yaitu Kabupaten Banyumas adalah Ritual Begalan. Kata "Begalan" berasal dari bahasa Jawa, artinya perampokan. Dalam penyajiannya memang terjadi dialog sesuai dengan le­genda. Syahdan, pada saat putri bungsu Adipati Wira­saba (Kec. Bukateja, Kab. Purbalingga) hendak dinikahkan dengan putri sulung Adipati Banyumas Pangeran Tirtokencono. Begalan wajib dilaksanakan. Sebab bila tata cara ini tidak diindahkan, dikhawatirkan bakal terjadi bencana atau musibah. Bencana bisa menimpa kedua mempelai dalam mengarungi bahtera hidup berumah tangga. Tradisi Begalan di dalamnya sangat dipercaya mengandung kekuatan gaib dan unsur Irasional.
Begalan merupakan sebuah kesenian tradisional warisan budaya leluhur asli daerah Banyumas, lazim dipertunjukkan melengkapi upacara adat pernikahan. Namun tidak semua acara adat pernikahan "disuguhi" seni tradisi Begalan. Yang sudah menjadi tradisi keharusan disuguhi seni tradisi Begalan bila acara pernikahan anak sulung mendapatkan anak sulung, anak sulung mendapatkan bungsu, atau anak bungsu dinikahkan anak bungsu. Tahun 1960-an seni tradisi Begalan menjadi prima­dona, terutama masyarakat yang masih taat dan menjunjung tinggi terhadap adat.
Di dalam seni tradisi Begalan ada nuansa yang terkandung di dalamnya, yaitu, wejangan dari sesepuh selain di dalamnya ter­kandung pesan atau wejangan yang ditujukan kepada mempelai pasangan pe­ngantin. Namun dengan pengaruh perkembangan kesenian yang kian instan, acara Begalan sudah kian jarang dilakukan pada upacara pernikahan di Ka­rsidenan Banyumas.Menurut para pakar budaya di Banyumas, tra­disi begalan muncul sejak Pemerintah Bupati Ba­nyumas ke XIV, saat itu Raden Adipati Tjokronegoro (tahun 1850). Pada jaman itu Adipati Wirasaba berhajat mengawinkan putri bung­sunya Dewi Sukesi dengan Pangeran Tirtokencono, putra sulung Adipati Ba­nyumas. Satu minggu se­telah pernikahannya Sang Adipati Banyumas ber­kenan memboyong kedua mempelai dari Wirasaba ke Kadipaten Banyumas (ngun­duh temanten), berjarak kurang lebih 20 km.
Setelah menyeberangi sungai Serayu dengan me­nggunakan perahu tambang, rombongan yang dikawal sesepuh dan pengawal Kadi­paten Wirasaba dan Ba­nyumas, di tengah per­jalanan yang angker di­hadang oleh seorang begal (perampok) berbadan tinggi besar, hendak merampas semua barang bawaan rombongan pengantin. Terjadilah peperangan antara para pengawal melawan Begal raksasa yang mengaku sebagai penunggu daerah tersebut.
Pada saat pertempuran akhirnya begal dapat di­kalahkan. Kemudian lari menghilang masuk ke dalam Hutan yang angker dan wingit. Perjalanan dilanjut­kan kembali, melewati desa Sokaweradan Kedunguter. Sejak itu para leluhur daerah Banyumas berpesan terhadap anak cucu agar mentaati tata cara per­syaratan perkawinan, di­kandung maksud kedua mempelai terhindar dari marabahaya.
Masyarakat Banyumas meyakini tradisi ini menjadi simbol pemberian nasehat dan bekal dari para keluarga kepada calon pengantin yang akan menjalani hidup baru. Karena dinilai memiliki arti penting, tradisi ini selalu dilaksanakan sebelum prosesi akad nikah berlangsung yakni ketika calon pengantin lelaki memasuki halaman rumah orang tua dari pihak calon pengantin wanita.

Tradisi Begalan

Pelaku begalan terdiri dua orang. Mereka berdialog saling tegang diiringi sebuah musik tradisional gamelan sederhana (kenong, ken­dang, gong). Kostum kedua pelaku dengan ciri warna­-warna dasar seperti hitam, putih, merah, dan biru. Semula dialog memakai bahasa Banyumas asli namun belakangan kadang menggunakan campuran bahasa Solo atau Yogya­karta.

Kedua pelaku adalah wakil dari kedua mempelai. Pada saat saling argumen­tasi dan bertanya jawab, wakil mempelai putra biasanya disebut Surantani atau Jurutani. Sedangkan wakil perempuan disebut Suradenta. Konon sebutan nama Sura diambil pelaku seni begalan yang dulu sangat terkenal, berasal dari Desa Suro, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyu­mas.

Mereka punya tugas yang berbeda. Suratani me­ngantar peralatan dapur dengan sebuah pikulan yang disebut Bronong Kepang menuju mempelai putri. Se­dangkan Suradenta menjaga mempelai putri, menyambut datangnya mempelai putra yang kelak menjadi pendamping hidup berumah tangga. Sesuai tugasnya, alat yang dipegang Suradenta berupa pemukul, disebut Pedang Wira yang berfungsi memukul periuk. Periuk terbuat dari tanah liat yang berasal dari tanah desa Gambarsari, Kecamatan Kemangkon berisi nasi ku­ning.

Ketika periuk pecah dan penonton yang sebagian besar anak-anak mulai berebutan, maka pertanda berakhirnya pementasam tradisional Begalan. Menurut adat dan keper­cayaan, beras dan isi berupa makanan diberikan sebagai sesaji kepada Iwen supaya Wredhi. Artinya supaya berputra/putri banyak, sehat lahir batin, selamat dunia akhirat. Pertunjukkan seni begalan biasanya diselenggarakan di rumah pihak mempelai putri. (Widoyo Satmoko)

III.               IDENTIFIKASI MASALAH DAN PEMBATASAN MASALAH
A.     IDENTIFIKASI MASALAH
Tradisi Ritual Begalan Banyumasan merupakan salah satu bentuk kesenian sekaligus ritual yang dimana ritual terbut selalu diturunkan antar generasi sebagai budaya yang harus diwariskan agar terlestarikan.
Seni begalan dipertunjukkan apabila seseorang mempunyai hajat mengawinkan anak sulung dengan anak sulung, anak bungsu dengan anak sulung atau anak bungsu dengan anak bungsu. Hal semacam itu merupakan suatu pantangan, apabila perkawinan seperti itu terjadi, perlu diadakan begalan.
Di dalam seni tradisi Begalan ada nuansa yang terkandung di dalamnya, yaitu, wejangan dari sesepuh selain di dalamnya ter­kandung pesan atau wejangan yang ditujukan kepada mempelai pasangan pe­ngantin
.
B.     PEMBATASAN MASALAH
Agar alam pembahasan ini tidak terjadi kesalahan penyalinan atau keluar dari tema, maka dalam penelitian ini perli dibatasi ruang lingkup kajiannya, yaitu :
a.       Ruang lingkup sosial, adalah masyarakat pendukung tradisi ritual kesenian “ Begalan “ banyumasan.
b.      Ruang lingkup budaya, adalah budaya nilai, aktivitasnya.
c.       Ruang lingkup temporal, adalah wilayah tempat diselenggarakannya tradisi ritual Kesenian Begalan.
d.      Ruang lingkup geografis, secara geografis sebenarnya lokasi kegiatan ritual penelitian yaitu Desa Karang duren Kecamatan Kabupaten Banyumas.


IV.              RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat kita susun sebuah rumusan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian adalah
1.      Mengapa masyarakat melakukan tradisi ritual begalan?
2.      Apa fungsi tradisi ritual Begalan banyumasan bagai masyarakat desa Karangduren ?
3.      Bagaimana prosesi Begalan di desa Karangduren, Kecamatan sokaraja, Kabupaten Banyumas?
4.      Apa saja makna simbolik yang terkandung pada perlengkapan yang digunakan dalam tradisi Begalan di Desa Karangduren?
5.      Apa makna dari ritual begalan di Banyumas ini?

V.                 TUJUAN PENELITIAN
Penilitian tradisi ritual kesenian Begalan di desa Karangduren Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.      Mengetahui alasan mengapa masyarakat melakukan tradisi ritual Begalan dalam menikahkan anaknya.
2.      Mengetahui apa fungsi dari tradisi ritual Begalan bagi masyarakat desa Karangduren.
3.      Mengetahui bagaimana prosesi Begalan di desa Karangduren, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas.
4.      Mengetahui apa saja makna simbolik yang terkandung pada perlengkapan yang digunakan dalam tradisi Begalan di desa Karangduren
5.      Mengetahui apa makna dari ritual begalan di Banyumas
6.       
VI.              MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis.
1.      Secara Teoritis
a)      Diharapkan dapat memperdalam wacana berbagai ritual yang berlaku dalam masyarakat
b)      Diharapkan dapat memberikan manfaat dalam penambahan wacana tentang ilmu agama.
2.      Secara praktis
a)      Bagi Masyarakat Desa Karangduren
Penelitian ini dapat dijadikan suatu pemahaman dan pengetahuan tentang tradisi ritual Begalan
b)      Bagi masyarakat Karang duren
Penelitian ini dapat memberikan motivasi sebagai upaya pelestarian budaya yang dimiliki Kabupaten Banyumas
c)      Bagi Pemerintah
Pemerintah ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi bagi pihak pemerintah untuk lebih mengembangkan sektor pariwisata khususnya budaya.


VII.            LANDASAN
A.     Teori
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi tradisi ritual Begalan dipergunakan pendekatan folklor:
i.              Secara etimologis folklor berasal dari bahasa inggris folk dan lore. Folk mempunyai makna pengetahuan adat istiadat lama
Ø  Dundes ( dalam Danandjaja, 1986 : 1 ) menyatakan bahwa folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik dan sosial budaya sehingga dapat  dibedakan dari kelompok lain. Ciri pengenalnya antara lain warna kulit yang sama, bentuk rambut yang sama, dan agama yang sama. Sedang lore adalah tradisi folk, yaitu tradisi turun temurun yang secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau pembentu mengingat.
Ø  Charles Winich ( 1961: 217 ) Mendefinisikan  folklore sebagai berikut “ Folklor the common orally transmitted traditions, myths, festivals, songss, supersitions, and stoies of all People “
Artinya folklor adalah tradisi-tradisi rakyat yang umumnya disebarkan dari mulut ke mulut, mitos-mitos festival, lagu-lagum takhayul dan semua cerita-cerita rakyat.

ii.            Fungsi folklor
-          Folklor akan hidup terus jika memliiki fungsi. Fungi foklor merurut Danandjaja adalah sebagai berikut :
1.      Sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif
2.      Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan
3.      Sebagai alat pendidikan anak
4.      Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat dipatuhi oleh anggota kolektifnya.
-          Sedangkan menurut Alan Dundes ( dalam Sutrisno, S. 1991”564 ) menyatakan bahwa fungsi folklor yaitu :
1.      Untuk memelihara perasaan solidaritas suatu kolektif, memberi suatu jalan yang dibenarkan oleh suatu masyarakat agar seseorang dapat menghukum orang lain.
2.      Alat untuk memprotes ketidakadilan dalam masyarakat.
3.      Memberikan suatu cara pelarian yang menyenangkan di dunia.
-          Ciri-ciri folklor
Agar dapat membedakan folklor dari kebudayaan lainnya, harus mengetahui dahulu ciri-ciri pengenal utama folklor pada umumnya, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1)      Penyebaran dan pewarisan biasanya dilakukan dengan lisan
2)      Folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar
3)      Folklor


B.     Tinjauan pustaka
                                                  I.                  Pengertian tradisi
            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1989:959 ) tradisi diartikan sebagai :
1.      Adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan di masyarakat.
2.      Penilaian atau tanggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan benar.

Shaw (1972:381 ) menyatakan bahwa “ tradition, a body of costums, belieft, skills or saying handed down from generation to generation or age to age “. Yang artinya adalah suatu kumpulan kebiasaan-kebiasaan, keyakinan-keyakinan, ketrampilan-ketrampilan atau ucapan-ucapan yang diperoleh dari generasi ke generasi.
      Mac iver dan page ( dalam soekanto, 1982:23 ) menyatakan bahwa kebiasaan merupakan perilaku yang diakui dan diterima oleh masyarakat tersebut tidak semata-mata dianggap sebagai cara berperilkuan saja, akan tetapi sebagai norma-norma pengatur, maka disebutkan kebiasaan tadi sebgai tata kelakuan.
      Dari teori-teori diatas tradisi merupakan adat kebiasaan atau kumpulan kebiasaan-kebiasaan, keyakinan-keyakina, ketrampilan-ketrampilan atau ucapan-ucapan yang diwariskan secara turun temurun.
                                               II.                  Upacara tradisional
Upacara tradisional adalah kegiatan sosial yang melibatkan warga masyarakat dalam mencari usaha perlindungan dan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa atau kekuatan dari supranatural, seperti roh-roh halus, leluhur, dan pepunden. ( Supanto, 1991-1992:12)

Koentjaraningrat (1994:347-378) menyatakan bahwa tidak semua upacara tradisional berkaitan dengan upacara keagamaan dalam hal ini religi, ada beberapa macam upacara selamatan, antara lain : upacara selamatan adat, upacara selamatan yang bersifat keramat, dan ada juga upacara yang bersifat tidak keramat. Pada umumnya upacara mengandung emapat komponen yaitu tempat upacara dilaksanakan, saat-saat upacara, benda-benda dan alat-alat upacara, serta orang yang melakukan dan memimpin upacara. Unsur yang terdapat dalam upacara, yaitu bersaji, berdoa, berkorban, makan bersama makanan yang telah disucikan doa, berprosesi atau berpawai memainkan seni drama suci, berpuasa atau mengaburkan pikiran dengan makan obat bius untuk mencapai keadaan trance atau mabuk, bertapa dan bersemedi.
                                             III.                  Simbol
Simbol berasal dari bahasa Yunani Symbolon yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu kepada seseorang. Manusia adalah animal symbolikum yang artinya pemikiran dan tingkah laku simbolis merupakan ciri yang betul-betul khas dari seorang manusia danbahwa seluruh manusia mendasarkan diri pada kondisi-kondisi itu.
Turner ( dalam Suwandi 1996:172 )  menyatakan bahwa the symbol is the smallest unit if ritual which retains the specific properties of ritual behaviour. It is the ultimate unit of spesific structure in aritual context. Yang berarti simbol adalah unit atau bagaian terkecil dalam ritual yang mengandung makna dari tingkah laku ritual yang bersifat khusus.
VIII.         METODOLOGI
A.     Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana seorang peneliti melakukan penelitian atau tempat dimana penelitian akan dilangsungkan. Pada penelitian kali ini akan dilaksanakan di desa Karangduren, kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas.
B.     Fokus penelitian
Dalam penelitian kali ini yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut :

1.      Alasan mengapa masyarakat melakukan tradisi ritual Begalan dalam menikahkan anaknya.
2.      Apa fungsi dari tradisi ritual Begalan bagi masyarakat desa Karangduren.
3.      Bagaimana prosesi Begalan di desa Karangduren, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas.
4.      Apa saja makna simbolik yang terkandung pada perlengkapan yang digunakan dalam tradisi Begalan di desa Karangduren
5.      Apa makna dari ritual begalan di Banyumas
C.     Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Sumber data primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui wawancara dengan responden atau informan di lapangan. Dalam penelitian ini informan-informan yang membantu memecahkan masalah yang diajukan adalah:
a.       Sesepuh desa
Sesepuh desa adalah orang yang tertua dalam masyarakat atau yang dituakan untuk dijadikan pemimpin karena telah mempunyai banyak pengalaman suatu perkumpulan
b.      Perangkat desa
Perangkat desa adalah alat kelengkapan pemerintah desa yang terdiri atas sekreariat desa dan kepala dusun.
c.       Masyarakat Karangduren
Masyarakat Karangduren merupakan manusia dalam arti seluas-luasnya yang terikat oleh sebuah kebuadayaan yang mereka anggap sama di desa Bonang.
d.      Pelaku seni begalan
Adalah seseorang yang sering kali berperan sebagai pengisi lakon dalam suatu pagelaran begalan

2.      Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung oleh sumbernya. Dalam hal ini buku-buku, data penelitian dokumen dan data-data lain yang relevan.

D.     Metode pengumpulan data
Salah satu  hal yang paling penting dalam penelitian adalah mengumpulkan data. Dalam penelitian kali ini proses pengumpulan data akan menggunakan beberapa metode, antara lain yaitu :
1.      Metode wawancara
Metode wawancara atau metode interview adalah cara yang digunakan seseotang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut ( Koentjaraningrat 1986: 129 )
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan terhadap pelaku begalan, sesepuh desa, perangkat desa, Dan tak lupa Masyarakat Karangduren. Adapun maksud dari wawancara dilakukan adalah untuk mendapatkan data dan keterangan secara langsung, mendalam dan terinci mengenai tradisi ritual Begalan Banyumasan dari Para Informan.
2.      Metode observasi
Metode ini dipakai untuk mendapatkan data melalui kegiatan melihat, mendengar dan penginderaan lainnya yang mungkin dilakukan gung memperoleh data atau informasi yang diperlukan (Arikunto 1997:146 )
Dalam penelitian ini akan diamati Tradisi Ritual Begalan Banyumasan.
Melalui observasi maka peneliti terjun ke lapangan langsung atau lokasi penelitian dengan alasan :
a)      Untuk mengetes kebenaran informasi karena ditanyakan langsung kepada subyek secara lebih dekat
b)      Untuk mencatat perilaku dan kejadian yang sebenarnya
c)      Mampu memahami situasi-situasi rumit dan perlikau yang komplek


Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam mengadakan observasi :
1.      Lingkungan fisik dari tradisi ritual Begalan Banyumasan
2.      Lingkungan sosial masyarakat desa Karang duren maupun masyarakat pendukung lore yang berada di sekitar Karangduren Maupun di luar Kabupaten Banyumas
3.      Interaksi antara masyarakat yang sedang melakukan tradisi ritual Begalan
4.      Masyarakat yang terlibat di dalam pelaksanaan upacara tradisional ritual Begalan Banyumasan.
3.      Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan lain-lain ( Arikunto 1997-149 )
Dokumentasi digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan alasan :
a.             Data yang dibutuhkan mudah diperoleh dari sumber data.
b.            Data yang diperoleh sangat akurat, sehingga dapat dibuktikann kebenarannya.
c.             Waktunya tidak perlu ditentukan dan tidak perlu mengadakan perjanjian dengan pihak menyimpan sumber data.
E.      Validitas data
Validitas data merupakan salah satu bagian dari penelitian yang penting dalam suatu penelitian kualitatif, yaitu untuk mengetahui tingkat validitas atau kesahihan dari hasil penelitian yang dilakukan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat ( Arikunto 2002:144 )

F.      Teknik Analisis data
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yaitu menggambarkan keadaan daerah penelitian. Dalam penelitian ini akan digambarkan tradisi ritual Begalan Banyumasan.
IX.              SISTEMATIKA SKRIPSI
Sistematika skripsi yang berjudul tradisi Ritual Begalan Banyumasan Kabupaten Banyumas terdiri dari :
1.      Bagian pendahuluan berisi : halaman judul, pengesahan, motto, dan persembahan, kata pengantar, sari/abstrak, daftar isi dan daftar lampiran.
2.      Bagian isi meliputi :
BAB I PENDAHULUAN, membahas tentang latar belakang, idntifikasi dan pembatasan masalah, perumusan masalah atau fokus masalah, tujuam penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika.
BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA, merupakan kumpulan konsep-konsep relevan dan terintegrasi dalam suatu sistem penjelasan yang berfungsi sebagai pedoman kerja
BAB III METODE PENELITIAN, Menguraikan bagaian-bagian sebagai berikut : dasar penelitian, lokasi penelitian, fokus penelitian, sumber data penelitian, metode pengumpulan data, validitas data, model, analisis data serta prosedur penilitan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, Bagian ini menyajikan penelitian lapangan dan pembahasan yang akan menghubungkan fakta atau data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan yang meliputi :
a.       Alasan mengapa masyarakat melakukan tradisi ritual Begalan dalam menikahkan anaknya.
b.      Apa fungsi dari tradisi ritual Begalan bagi masyarakat desa Karangduren.
c.       Bagaimana prosesi Begalan di desa Karangduren, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas.
d.      Apa saja makna simbolik yang terkandung pada perlengkapan yang digunakan dalam tradisi Begalan di desa Karangduren
e.       Apa makna dari ritual begalan di Banyumas
3.      Bagian akhir skripsi berisi
a.       Daftar pustaka
b.      Lampiran
DAFTAR PUSTAKA
Danandjaja, James. Folklore Indonesia. Jakarta : PT. Pustaka Grafitipers

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar ilmu antropologi. Jakarta : P.T. Rineka Cipta
                              1990. Kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai pustaka

Putra, Turiyo Ragil.2007.Hikmat Kabudayaan Sajroning Pendhidhikan. Surabaya : Panjebar   semangat-47/2007

Supriyadi. 1993. Begalan. Purwokerto : UD. Satria Utama






















INSTRUMEN PENELITIAN
PEDOMAN WAWANCARA
TRADISI RITUAL “ BEGALAN “ BANYUMASAN SEBUAH FOLKLORE DI KABUPATEN BANYUMAS
I.                    Daftar Informan
Nama   :
Usia     :
Profesi :
Alamat :


II.                 Daftar Pertanyaan wawancara

Untuk Sesepuh desa
1.      Bagaimana awal mula diadakannya suatu tradisi Ritual begalan di desa Karangduren?
2.      Mengapa masyarakat melakukan tradisi tersebut?
3.      Apa saja perlengkapan yang digunakan guna mendukung lancarnya pergelaran tersebut?
4.      Bagaimana pendapat anda tentang adanya tradisi ini?

Untuk perangkat desa
1.      Apa latar belakang masyarakat bersedia untuk melakukan tradisi begalan dalam upacara pernikahannya?
2.      Manfaat apa yang dapat diambil dengan diadakannya ritual tersebut?
3.      Langkah apa yang dilakukan pemerintah setempat agar ritual tersebut dapat dikembangkan untuk menuju wisata budaya?
bagaiman pendapat saudara tentang adanya ritual ini?


Untuk pelaku kegiatan ritual
1.      Mengapa anda bersedia menjadi lakon dalam perhelatan begalan ini?
2.      Apa motivasi anda dalam melakukan profesi ini?
3.      Sejak kapan anda menggeluti profesi ini?
4.      Pada saat pernikahan seperti apa biasanya keluarga mempelai mengadakan begalan?
5.      Bagaiman pendapat anda mengenai begalan ini?


2 komentar: