Senin, 28 November 2011

Sosiologi Gender

Gender dan media

Perempuan dalam iklan

Iklan adalah media promosi produk tertentu, dengan tujuan produk yang ditawarkan terjual laris. Untuk itu iklan dibuat semenarik mungkin, sehingga terkadang dapat dinilai terlalu berlebihan, serta mengabaikan sisi psikologis, sosiologis, ekologis, dan estetika penonton atau sasaran produk yang diiklankan.
Eksploitasi perempuan dalam iklan teridentifikasi melalui wacana seksual yang diekspos secara vulgar dalam iklan, tubuh perempuan dipertontonkan secara erotis dan eksotis. Memang tidak dapat disangkal, secara mendasar yang membutuhkan produk-produk adalah tubuh, untuk bertahan dan beraktivitas.
 Pada dasarnya tubuh membutuhkan produk-produk fungsional untuk bekerja dan bertahan, misalnya mengkonsumsi makanan untuk beraktivitas, mengkonsumsi obat untuk penyembuhan. Namun pada perkembangan era pasar bebas, kaum penumpuk modal bukan hanya mengembangkan pembuatan produk, tetapi juga mengontrol kesadaran massa tentang tubuh melalui pencitraan tubuh ideal melalui berbagai media, diantaranya melalui propaganda iklan.
Sayangnya, perempuan dalam iklan dijadikan alat memasarkan produk, tubuhnya dieksploitasi untuk mengumbar definisi cantik versi standardisasi "pasar" dengan cara memamerkan rambut yang lurus dalam iklan shampo dan obat pelurus rambut, kulit wajah yang mulus dalam iklan obat kecantikan, payudara besar dalam iklan obat pembesar payudara, perut langsing dalam iklan pelangsing perut, betis indah dan tubuh yang ramping dalam iklan obat diet, kulit putih dalam iklan obat pemutih, dll.
Eksploitasi tubuh perempuan dengan cara memamerkan tubuh sesuai kontrol pemodal telah menghadirkan sosok perempuan yang teralienasi, hal tersebut karena mereka memasarkan produk (yang sebenarnya asing bagi dirinya) demi mendapatkan bayaran semata.  Perempuan dalam posisi sebagai alat yang dimanfaatkan dalam mobilisasi politik kepentingan kaum borjuasi. Maraknya iklan produk-produk untuk perempuan mengakibatkan banyaknya perempuan sebagai korban iklan, karena iklan adalah media penyebarluasan produk yang mampu menjangkau seluruh komunitas yang sangat luas yang memungkinkan terciptanya kondisi masyarakat dengan citra dan estetika konsumtif yang sangat kondusif  bagi kelangsungan sistem kapitalis.
 Sehingga perempuan mengkonsumsi produk-produk yang diiklankan bukan berdasarkan sisi fungsional tapi karena berdasarkan kesadaran palsu tentang ideologi tubuh, norma keindahan tubuh, mulai dari bentuk, ukuran, warna, dan bau. Selain persoalan esksploitasi tubuh perempuan, ketidakadilan jender berlabel "untuk menjadi ibu yang baik" mempersempit peran perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. Seakan perempuan hanyalah sebagai pelayan suami, merawat anak, dan pekerjaan-pekerjaan di wilayah domestik.
          Artinya, peran perempuan yang dibangun oleh iklan belum beranjak dari konstruksi sosial yang tidak adil dan kultur patriarkhi. Dalam iklan, perempuan dominan dipertontonkan dalam aktivitas kerja domestik, Misalnya, perempuan sedang memasak dalam iklan bumbu dapur dan mie instan, perempuan sedang mencuci dalam iklan sabun cuci, perempuan sedang mengasuh anak dalam iklan susu dan pasta gigi, dll.
          Jadi jelas iklan-iklan tersebut semakin memupuk dan mengekalkan diskrisminasi peran perempuan berdasarkan jenis kelamin. Eksploitasi perempuan dalam iklan yang diposisikan sebagai alat dan sasaran pemasaran produk-produk kaum pemodal semakin subur.


Apa yang harus dilakukan perempuan?
Untuk menembus dinding industri media agar menghargai perempuan bukan karena tubuhnya akan tetapi karena eksistensinya. Ada  beberapa hal yang harus dilakukan perempuan diantaranya :
1.     Perempuan haruslah kritis.
2.     Perempuan harus mempunyai strategi mekanisme kerja yang jelas untuk memperbaiki dan merubah citra perempuan dalam media. Antara lain dengan memberikan penyadaran kepada perempuan agar tidak larut dalam proses pemapanan stereotip yang merugikan perempuan.
3.     Perempuan harus meningkatkan kemampuan dan pemberdayaan perempuan untuk memasuki dunia kerja dengan mantap dan ‘ berani menggeser image’
Bahwa perempuan juga layak diterima dalam dunia kerja bukan karena tubuhnya tetapi karena memang mampu dan layak diperhitungkan eksistensinya. Indah, cantik tidak hanya dilihat lewat tubuh akan tetapi inner beauty juga layak dan harus ditampilkan.
4.     Perempuan  harus mendorong dan mensosialisasikan bahwa perempuan layak masuk  dalam industrti media bukan hanya untuk dieksploitasi atau sebagai objek akan tetapi mereka masuk  dalam dunia pers sebagai pemimpin redaksi, penulis kritis dan wartawan tangguh.
Jika ini  dapat dilakukan maka industri pers dan periklanan tidak maskulin lagi.
5.     Perempuan harus berani mengkoreksi dan menggunggat pesan-pesan media masa. Misalnnya dengan menulis artikel, sanggahan atau menulis dalam kolom surat pembaca, sehingga pikiran pembaca menjadi terbuka dan tidak hanya melihat dari satu sisi.

7 komentar:

  1. WAH WAH WAH,, BLOGNYA BAGUS MAS BRO,,,POSTINGANNYA DI TAMBAH LAGI YAH,,,BYAR MAKIN BAGUS,,,SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI NYA LEBIH DI TUNJUKAN YAH,, ,,HEHHEH,,, KEMBANGKAN TERUS BLOGNYA YAH,,,

    BalasHapus
  2. kita tau bahwa kapitalisme itu berprinsip pada keuntungan yang sebanyak-banyaknya dan rugi sedikit-dikitnya..yahhh lagi-lagi yang menjadi korban adalah perempuan, karena dieksploitasi oleh sebuah perusahaan..dan lagi-lagi ini juga tantangan buat perempuan untuk bisa keluar dari penyengsaraan ini

    BalasHapus
  3. Akan tetapi sayang sekali kenyataannya terkadang perempuan sendiri justru sama sekali tidak merasa sebagai korban eksploitasi...

    BalasHapus
  4. @amin....asik...asik...mudeng ora sakjane min...tp kie gender min..kelompok qt..

    @wulan : betul banget land....prinsip itu..yg pntg untung...
    sbnrnya sah-sah saja saat wanita mengeksplore apa yang ada dirinya alam pekerjaannya...slamaa itu masih dalam batasan nilai dan norma....
    imho n cmiiw yaak

    BalasHapus
  5. jgn lupa, ada juga perempuan yang menganggap hal tersebut bukan sebuah permasalahan tp untuk wahana pengexpresian diri.
    pertnyaanya skr adlah "knp wanita mpy nilai jual tinggi?"
    perempuan jika melihat perempuan cantik aja ikut seneng, apalagi laki2.
    tp jika laki2 melihat laki2 tmpan pd biasa saja (hsil wawancara kecil pd 1 kos perempuan & 1 kos laki2)

    BalasHapus
  6. Mengenai iklan, banyak yang mengatakan semua itu adalah karya seni yang patut dihargai, sangat jarang bahkan mungkin tidak ada bintang iklan (perempuan) yang merasa dirinya dimanfaatkan, mereka senang dapat mengiklankan sebuah produk, mereka bisa berekspresi, terkenal, memperoleh banyak uang, dan lain sebagainya

    BalasHapus
  7. Menurutku Ini Tergantung Individunya sebagai bintang iklan.... apakah ia merasa dieksploitasi atau ia merasa bahwa pekerjaan yg ia lakukan itu suatu estetika seni???? jadi kita g bisa menjustis.... semua itu relatif.. tergantung kita juga sebagai penonton mau berpendapat apakah itu sebuah iklan atau ada pandangan lain yg cenderung kearah negatif.... dan yg terpenting adalah profesionalisme kerja.. Aha =)

    BalasHapus